BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Di
lingkungan sekitar kita, banyak kita jumpai berbagai jenis makhluk hidup.
Setiap makhluk hidup memiliki perbedaan yang dapat membedakan makhluk hidup
tersebut dengan makhluk hidup yang lain. Perbedaan makhluk hidup pun beragam
misalnya perbedaan bentuk tubuh, cara beradaptasi, cara berkembang biak, cara
memperoleh makanan dan tempat hidup setiap makhluk hidup pun berbeda. Berbagai
perbedaan ini menciptakan suatu keanekaragaman makhluk hidup yang disebut juga
keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Keanekaragaman
hayati dapat terjadi pada semua makhluk hidup atau organisme dalam berbagai
tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat
tinggi. Tidak hanya memiliki perbedaan,
setiap makhluk hidup juga memiliki persamaan yang disebut juga keseragaman. Dari
keseragaman inilah dapat diciptakan suatu pengelompokan makhluk hidup atau
klasifikasi oleh para ahli. Dengan adanya klasifikasi ini memudahkan kita dalam
pembelajaran dan penelitian mengenai keanekaragaman.
Indonesia
termasuk negara yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. Wilayah Indonesia
hanya mencakup 1,3 % permukaan bumi, tetapi di dalamnya terkandung salah satu
keanekaragaman hayati yang paling tinggi di dunia yaitu 10 % dari semua
tumbuhan berbunga, 12 % dari jenis mamalia, 16 % dari jenis reptilia dan
amfibi, 17 % dari jenis burung dan seperempat jenis ikan air tawar dan air
laut. Kekayaan hayati yang sangat tinggi ini bukan hanya sebuah warisan alam
yang kita miliki, tetapi juga sebagai sistem pendukung kehidupan kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Bagaimana
sejarah klasifikasi organisme?
b.
Bagaimana
keanekaragaman hayati di alam secara umum dan di Indonesia?
c.
Bagaimana
prinsip-prinsip klasifikasi organisme?
d.
Apa
yang dimaksud keanekaragaman tingkat sel,
organisme dan ekosistem?
e.
Bagaimana
contoh klasifikasi tumbuhan dan hewan?
1.3 Tujuan Penulisan
a.
Menjelaskan
sejarah klasifikasi organisme.
b.
Menjelaskan
keanekaragaman hayati di alam secara umum dan di Indonesia.
c.
Menjelaskan
prinsip-prinsip klasifikasi organisme.
d.
Menjelaskan
keanekaragaman tingkat sel, organisme
dan ekosistem.
e.
Memberikan
contoh klasifikasi tumbuhan dan hewan.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan yang kami gunakan
dalam mencari data untuk pembuatan makalah ini adalah dengan cara mengumpulkan
data dan materi dari bahan ajar dan buku-buku.
BAB II
KEANEKARAGAMAN HAYATI
2.1
Sejarah Klasifikasi
1. Aristoteles
Pada
tahun 384 SM Aristoteles mengelompokkan makhluk hidup menjadi dua kelompok,
yaitu tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dikelompokkan menjadi herba, semak, dan
pohon. Sedangkan hewan digolongkan menjadi hewan berdarah dan hewan tidak
berdarah. (Nurhayati, dkk,
2012 : 177)
2. John Ray
Pada
tahun 1627 John Ray mengelompokkan makhluk hidup menjadi kelompok – kelompok
kecil dan memperkenalkan konsep tentang
spesies. (Nurhayati, dkk , 2012
: 177)
3. Carolus Linnaeus (Sistem
Klasifikasi Dua Kingdom)
Pada
abad ke- 18 tepatnya pada tahun 1735 Carolus Linnaeus mengelompokan mahluk
hidup berdasarkan kesamaan struktur ke dalam takson-takson dan memperkenalkan
sistem tata nama makhluk hidup. Menurut sistem ini klasifikasi dimulai dengan
dua “kerajaan” atau kingdom yaitu Animalia dan Plantae. Kerajaan dibagi ke
dalam kelas dan masing-masing kelas terbagi dalam ordo, yang dibagi dalam
Genera ( bentuk tunggal atau genus) yang dibagi dalam spesies. (Nurhayati, dkk,
2012 : 177)
4.
Ernest Heackel dan Hoog ( Sistem
Klasifikasi Tiga Kingdom)
Ketika makhluk hidup bersel satu
ditemukan, temuan baru ini dipecah ke dalam dua kerajaan yang dapat bergerak ke
dalam filum Protozoa, sementara alga dan bakteri ke dalam divisi Thallophyta
atau Protophyta.
Namun ada beberapa makhluk yang dimasukkan ke dalam filum dan divisi, seperti
alga yang dapat bergerak, Euglena,
dan jamur lendir yang mirip
amuba. Karena dasar inilah, Ernest Haeckel pada tahun 1866 menyarankan adanya
kerajaan ketiga, yaitu Protista untuk menampung makhluk hidup yang tidak
memiliki ciri klasifikasi yang jelas. Protista adalah organisme yang memiliki
sifat-sifat tumbuhan dan hewan sekaligus. (Nurhayati, dkk , 2012 : 178)
5. Herbet Copeland
(Sistem Klasifikasi Empat Kingdom)
Pada tahun 1938
Copeland mengelompokkan organisme
dalam empat kingdom. Copeland membagi menjadi empat Kingdom yaitu Monera,
Protista, Plantae dan Animalia. Monera adalah organisme yang belum memiliki
membran inti dan membran organel sel atau bersifat prokariotik. Berbeda dengan Protista/Protoctista
yang bersifat Eukariotik. Plantae adalah tumbuhan yang mengalami
masa perkembangan embrio, begitu juga Animalia adalah kelompok hewan yang
mengalami masa perkembangan embrio dalam siklus hidupnya. (Nurhayati, dkk, 2012 : 178)
6.
R.H. Whittaker (Sistem Klasifikasi Lima
Kingdom)
Pada tahun 1969 R.H. Whittaker
mengelompokkan organisme dalam lima kingdom. R.H. Whittaker menggolongkan
makhluk hidup menjadi Animalia, Plantae, Fungi, Protista dan Monera. Ciri-ciri
pada sistem lima kingdom sebagai berikut :
·
Kingdom Monera : Prokariot, Autotrof dan Heterotrof, Uniseluler dan
Multiseluler.
·
Kingdom Protista : Eukariot, Autotrof
dan Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler.
·
Kingdom Fungi : Eukariot, Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler.
·
Kingdom Plantae : Eukariot, Autotrof, Multiseluler.
·
Kingdom Animalia : Eukariot, Heterotrof, Multiseluler.
(Nurhayati,
dkk, 2012 : 178)
7.
Carl Woese (Sistem Klasifikasi Enam
Kingdom)
Pada tahun 1977 Carl Woese
mengelompokkan makhluk hidup menjadi enam kingdom, Carl Woese membagi monera
menjadi dua kingdom yaitu Archabacteria dan Eubacteria sehingga terdapat enam
kingdom. Pada tahun 1990, Carl Woese dan rekan – rakannya kembali mengusulkan
sistem pengelompokkan makhluk hidup menjadi tiga domain yaitu Bacteria (dari
Eubacteria), Archaea (dari Archabacteria), dan Eukarya (didalamnya termasuk
Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia). (Nurhayati, dkk, 2012 : 179)
2.2
Keanekaragaman Hayati di Alam Secara Umum dan Di Indonesia
Keanekaragaman
hayati tidak merata, melainkan sangat bervariasi di seluruh dunia maupun dalam
daerah. Indonesia merupakan negara nomor tiga di dunia yang memiliki tingkat
keanekaragaman hayati paling tinggi setelah Brazil dan Zaire. (Haru Suandharu, 2011: 226).
Secara Geografis Indonesia terletak pada pertemuan sirkum
pasifik dan sirkum mediterania. Akibatnya, Indonesia memiliki banyak gunung api
sehingga tanahnya menjadi sangat subur. Berdasarkan letak astronomi Indonesia
terletak di daerah beriklim tropis yaitu terletak pada 6°LU-11°LS dan
95°-141°BT. Letaknya yang strategis menyebabkan Indonesia memiliki jenis hewan
dan tumbuhan yang sangat bervariasi sehingga menjadi salah satu negara
megabiodiversitas. (Suharno, dkk, 2007
: 117).
Ciri-ciri keanekaragaman hayati di Indonesia
1.
Memiliki
fauna tipe Oriental, Australia dan Peralihaan
Gambar 1.1
persebaran fauna di Indonesia
Sumber:
Indonesia Haritage, garis Wallace dan weber
a.
Fauna
tipe Oriental
Hewan-hewan di Indonesia bagian barat meliputi daerah Sumatera,
Jawa dan Kalimantan memiliki fauna khas yaitu gajah, banteng, harimau, badak,
bekantan, , beruang madu, tapir, rusa, babi hutan, orangutan, dan berbagai jenis burung berkicau
(jalak, perkutut, kutilang). (Nurhayati, dkk, 2012 : 188).
Banteng Gajah Sumatera Orang Utan
Gambar 1.2
jenis-jenis fauna di kawasan Indonesia Barat
Sumber: Indonesia Heritage, Margasatwa.
b. Fauna
tipe Australia
Hewan-hewan
di Indonesia bagian Timur yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara
memiliki fauna khas yaitu kanguru, kuskus, koala, kakatua, kasuari dan
cendrawasih.( Nurhayati,
dkk, 2012 : 188).
Kanguru Kakatua Koala
Gambar 1.3
jenis-jenis fauna di kawasan Indonesia timur
Sumber:
Indonesia Heritage, Margasatwa
c. Fauna
tipe Peralihan
Terletak
antara garis Wallace dan garis Weber. Daerahnya meliputi pulau Sulawesi, Nusa
Tenggara (P.Lombok, P.Sumbawa, P.Sumba, P.Flores, P.Timor) dan pulau-pulau di
sekitarnya. Terdapat hewan-hewan endemik yang tidak terdapat di kawasan
Indonesia barat dan timur. Misalnya di Sulawesi terdapat babi rusa (Babyrousa), anoa (Bubalus depressicornis) dan komodo (Varanus komodoensis).(Nurhayati, dkk, 2012 : 189).
Babi rusa Anoa Komodo
Gambar
1.4 jenis-jenis fauna daerah peralihan
Sumber: Indonesia Heritage, Margasatwa
2.
Memiliki
flora tipe
Malesiana
Kawasan Malesiana meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua
Nugini dan Solomon. Flora khas Malesiana antara lain kayu cendana, anggrek, meranti,
keruing, ramin, kamper, rotan dan mahoni. (Suharno, dkk, 2007 : 120).
Pohon
Kamper Pohon
Ramin
Gambar 1.5 fauna malesiana
Sumber: Indonesia Haritage, flora malesiana
3.
Memiliki
flora dan fauna endemik
Gambar 1.6 Flora dan
Fauna Endemik Di Indonesia
Sumber: Indonesia
Haritage, flora dan fauna endemik Indonesia
4.
Memiliki
flora dan fauna langka
Flora langka yang terancam punah yaitu Rafflesia arnoldii,
matoa, pohon cendana dan gandaria. Fauna langka yang terancam punah yaitu badak
bercula satu, badak Sumatera, orang utan, bekantan, kakatua raja, kasuari.
.(Nurhayati, dkk, 2012 : 189).
Gandaria Cendana
Kasuari Kakatua Raja Bekantan
Gambar 1.7
fauna dan flora langka di Indonesia
2.3 Prinsip-Prinsip Klasifikasi Organisme
1)
Pengertian
Klasifikasi
Klasifikasi
adalah metode menata organisme ke dalam kelompok berdasarkan pada kemiripan
struktur yang menunjukkan dekatnya kekerabatan antara organisme tersebut dan
juga menunjukkan evolusinya. (Gem, Collins. 1999 : 33)
2)
Tujuan
Klasifikasi
a.
Mengelompokkan
makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki;
b.
Mendeskripsikan
ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya dengan makhluk hidup
dari jenis yang lain;
c.
Mengetahui
hubungan kekerabatan antar makhluk hidup;
d.
Memberi
nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya.
(Noorhidayati.
2010 : 64)
3)
Tahapan
Klasifikasi
Untuk
mengklasifikasikan makhluk hidup harus melalui serangkaian tahapan. Tahapan
tersebut antara lain sebagai berikut.
a.
Identifikasi
Identification
is the process of deciding whether or not two things are, in your opinion, the
same. This is the basic principle of all classification and, by means of it, as
we shall see, our systems of classification are built up.
Identifikasi
adalah proses untuk menentukan apakah dua hal yang menurut pendapat anda sama atau tidak. Ini adalah
prinsip dasar dari semua klasifikasi, menggunakan itu kita dapat melihat sistem
klasifikasi kita akan terbentuk.
(Jaffrey, C. 1982 : 13).
b.
Tatanama
Tatanama merupakan salah satu kegiatan di dalam taksonomi. Kegiatan ini
mengenai penentuan nama yang benar bagi takson yang telah atau harus diketahui.
Nama ilmiah dalam klasifikasi mempunyai ketentuan, antara lain :
1.
Menggunakan
bahasa Latin (bahasa yang dilatinkan)
2.
Menggunakan
sistem binominal nomenklatur (sistem binary), yaitu kata 1 menunjukkan genus,
kata ke-2 sebagai petunjuk jenis (epitheton specificum). Epitheon
spesificum dapat berasal dari nama lokasi, sifat, nama orang. (Wijayani,
Suprih. 2013 : 131, 133)
Contoh : Primula vulgaris (Bunga Primrose)
·
Primula
menunjukkan nama genus
·
vulgaris
menunjukkan nama jenis.
(Jaffrey, C. 1982 : 66).
c.
Tingkat
Taksonomi
Tingkat taksonomi disebut juga tingkat pengelompokan. Tingkatan ini
disusun oleh kelompok (takson) yang paling umum sampai yang paling khusus,
dengan urutan tingkatan sebagai berikut :
Hewan
|
Tumbuhan
|
Kingdom
|
Regnum (kingdom)
|
Phylum
|
Divisio (division)
|
Class
|
Classis (class)
|
Order
|
Ordo (order)
|
Family
|
Familia (family)
|
Genus
|
Genus (genus)
|
Species
|
Species (species)
|
(Noorhidayati. 2010 : 64).
(Campbell, Neil A. dkk. 2009 : 537).
(Jaffrey, C. 1982 : 52, 53).
4)
Sistem
Klasifikasi
Berdasarkan
dasar atau kriteria yang digunakan, sistem klasifikasi dapat dibedakan menjadi
3 macam, yaitu :
a.
Sistem
Klasifikasi Alamiah
Perintis sistem klasifikasi ini adalah Michael Adamson dan Jean Baptise de Lamarck. Sistem klasifikasi ini mengelompokkan makhluk hidup dengan
membentuk takson-takson yang alami. Artinya, anggota-anggota yang membentuk
unit takson terjadi secara alamiah atau sewajarnya seperti yang dikehendaki
oleh alam. Dasar yang digunakan adalah persamaan morfologi.
b.
Sistem
Klasifikasi Buatan (Artifisial)
Sistem
klasifikasi artifisial mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri morfologi,
anatomi, dan fisiologi. Tumbuhan dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu herba, semak rendah, semak, dan pepohonan
yang dikemukakan oleh murid Aristoteles yang bernama Theophratus dalam bukunya
yang berjudul Historia Plantarum.
c.
Sistem
Klasifikasi Filogenik
Sistem
klasifikasi Filogenik mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan sejarah evolusi
(hubungan kekerabatan).
(Noorhidayati,
2010 : 63, 64)
Klasifikasi Mahluk Hidup
Monera
|
Protista
|
Monera adalah contoh prokariota. Bakteria dan arkhae merupakan
dua cabang utama evolusi prokariota. Prokariota merupakan organisme yang
paling mudah berkembang biak dan memperbanyak populasinya. Prokariota dapat
bertahan hidup di habibat yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu asin,
terlalu asam, ataupun terlalu basa untuk eokariota apapun.
(Campbell, dkk, 2003 : 105
)
|
Protista adalah eukariota yang paling beraneka ragam. Protista
bersifat eukariotik, bahkan protista yang paling sedehana sekalipun jauh
lebih kompleks dibangdingkan dengan prokariota. ( Campbell, dkk, 2003 : 125)
|
Tumbuhan Tingkat
Tinggi
|
Tumbuhan Tingkat
Rendah
|
Contohnya adalah Angiospermae (Tumbuhan berbunga) dan
Gimnospermae. Pada tumbuhan berbiji, biji menggantikan spora sebagai cara
utama penyebaran keturunan. Gimnospermae memilik empat divisi yaitu sikad,
ginkgo, gnetofit, dan konifer.
( Campbell, dkk, 2003 : 182)
|
Contohnya adalah briophyta. Tiga divisi briophyta adalah lumut
daun (moss), lumut hati ( liver wort), dan lumut tanduk ( horn wort).
( Campbell, dkk, 2003 : 160)
|
Invertebrata
|
Vertebrata
|
Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang. Contoh
filumnya adalah filum porifera, cnidaria, dan Mollusca.
( Campbell, dkk, 2003 : 213)
|
Pial neural (neural
crest), sefalisasi ( chepalization) yang nyata, tulang punggung, dan sistem
sirkulasi tertutup merupakan karakteristik khas Subfilum Vertebrata.
Contohnya : Ikan (Pisces). (Campbell, dkk, 2003 : 250)
|
2.4
Jenis-jenis Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati dapat terjadi dalam berbagai tingkat
kehidupan, mulai dari organisasi tingkat rendah sampai organisme tingkat
tinggi. Misalnya dari makhluk bersel satu hingga bersel banyak, dan tingkat
organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari
spesies sampai ekosistem.
1.
Keanekaragaman Gen
Gen adalah faktor pembawa sifat keturunan. Gen-gen membentuk
molekul rantai ganda terpilin yang disebut DNA. Susunan gen (genotif) akan
mengekspresikan sifat individu (fenotif). Genotip merupakan sifat yang tidak tampak dan terdiri atas susunan
gen.Fenotip merupakan sifat yang tampak dari luar dan merupakan interaksi
antara faktor genetik dengan faktor lingkungan.
Keanekaragaman jenis dan jumlah gen yang dimiliki setiap
individu makhluk hidup merupakan bahan mentah yang dapat dibudidayakan menjadi
bibit unggul. Bahan mentah bibit unggul ini disebut plasma
nutfah, plasma nutfah (germ plasm) pertama kali dikemukakan oleh A.Weismann untuk menjelaskan ide tentang diwariskannya protoplasma.
Plasma nutfah merupakan sumber pembawa sifat yang terdapat dalam sel reproduksi
atau gamet, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Istilah plasma nutfah
mengacu pada sel hewan atau tumbuhan yang dapat ditumbuhkan menjadi generasi
baru, seperti koleksi berbagai biji, umbi-umbian, dan polong-polongan dalam
bank gen. (Suharno,dkk, 2007 : 114)
2
.Keanekaragaman Jenis (spesies)
Keanekaragaman hayati tingkat jenis memperlihatkan
adanya variasi bentuk, penampilan, jumlah, sifat lain antar satu jenis (spesies)
dengan jenis lain. Variasi dalam spesies bersifat menurun. Dengan demikian, variasi dalam
spesies dapat terjadi karena faktor keturunan atau genetika serta interaksinya
terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Variasi pada tingkat jenis mudah diamati
karena perbedaannya yang mencolok.
Variasi pada tingkat jenis disebabkan jumlah, bentuk, dan
susunan kromosom (tempat terdapatnya gen) berbeda, faktor lingkungan,
hibridisasi, dan mutasi kromosom. (Suharno,dkk, 2007 :
114)
3. Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem adalah komunitas organik
yang terdiri atas tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme bersama lingkungan fisik
dan kimia tempat hidup atau habitatnya. Faktor fisik dan kimia disebut komponen abiotik. Komponen organik yang
terdiri atas berbagai individu makhluk hidup, baik hewan, tumbuhan, dan
mikroorganisme disebut komponen biotik. Sebagai suatu sistem, komponen
ekosistem (biotik dan abiotik) merupakan suatu kesatuan yang di dalamnya
terjadi proses pengambilan dan perpindahan energi (energetika), daur materi,
dan produktivitas.
Keanekaragaman ekosistem memperlihatkan adanya berbagai
individu makhluk hidup yang memiliki kemampuan interaksi berbeda-beda terhadap
lingkungannya sehingga membentuk ekosistem yang berbeda beda bagi tiap-tiap
individu tersebut. Keanekaragaman ekosistem terdapat di Indonesia karena
Indonesia memiliki berbagai spesies tumbuhan dan hewan. (Suharno,dkk,
2007 : 114)
2.5
Klasifikasi Hewan dan Tumbuhan
Contoh klasifikasi
hewan dan tumbuhan :
Hewan : Macan Tutul
|
Tumbuhan : Padi
|
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Family : Felidae
Genus : Panthera
Spesies : Panthera Pardus
(Campbell, 2008 :
537)
|
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Graminae
Genus : Oryza Linn
Spesies : Orzya sativa L.
( Literatur Grist,
1960)
|
Perbedaan antara Tumbuhan dan Hewan
(Collins, 1999 : 186 )
Tumbuhan
|
Hewan
|
Sel dilindungi
dinding sel selulosa
Vakuola besar
dalam sel berisi cairan sel
Sel besar dengan
bentuk tertentu
Gerakan terbatas
Respon terhadap
rangsangan rendah
Sel mengandung
kloroplas
Fotosintesis
|
Tidak ada dinding
selulosa
Vakuola jika ada,
kecil
Sel kecil,bentuk
tidak teratur
Gerakan bebas
Respon terhadap
rangsangan cepat
Tidak mengandung
kloroplas (klorofil)
Harus mendapatkan
makanan dari luar
|
BAB
III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Sejarah klasifikasi dimulai dari tahun 384 SM oleh Aristoteles
sampai ditemukannya sistem enam kingdom oleh Carl Woese pada tahun 1977.
2. Indonesia
memiliki flora dan fauna yang khas dan beragam. Keanekaragaman hayati di
Indonesia terdiri atas fauna tipe oriental (Asia), tipe peralihan dan tipe
Australia, flora dan fauna langka, flora dan fauna endemik dan flora tipe
malesiana.
3. Prinsip-prinsip
klasifikasi dipelajari dalam bidang taksonomi. Kegiatan taksonomi yaitu
identifikasi, tata nama dan klasifikasi.
4. Keanekaragaman
gen, jenis, dan ekosistem merupakan jenis-jenis keanekargaman hayati.
Keanekaragaman gen ditunjukan adanya variasi yang terjadi dalam satu spesies .
Keanekaragaman jenis ditunjukan adanya variasi yang terjadi pada berbagai
spesies. Keanekaragaman ekosistem ditunjukan adanya berbagai macam ekosistem.
5. Klasifikasi hewan diambil contoh macan tutul dengan
nama ilmiahnya Panthera Pardus dan
tumbuhan diambil contoh padi dengan nama ilmiahnya Oryza Sativa L.
1.2 Saran
Kita
sebagai manusia dan generasi penerus bangsa sebaiknya memiliki kesadaran dalam
menjaga alam dan keanekaragaman hayati. Setelah membaca makalah ini kita juga
perlu menyadari pentingnya melestarikan alam, hewan dan tumbuhan yang telah
Tuhan anugerahkan bagi kita.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell,
dkk.2003.Biologi Edisi Kelima-Jilid 2.Jakarta:Penerbit
Erlangga.
Campbell,
dkk. 2008. Biology Eight Edition. San
Fransisco : Pearson Benjamin Cummings
Gem, Collins. 1999. Kamus Saku
Biologi. Jakarta:
Erlangga.
Jeffrey, C. 1982. An
introduction to plant taxonomy 2nd ed. Cambridge : Cambridge University
Press.
Noorhidayati, Wahidah
Arsyad. 2010. Bahan Ajar Biologi Umum.
Banjarmasin
Nurhayati, Nunung. 2012. Biologi Berbasis Pendidikan Karakter.
Suandharu, Haru . 2011. OSN Biologi.
Suharno, dkk. 2007. Biologi Jilid 1. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Wijayani, Suprih. 2013.Biologi.
Yogyakarta : Amara
Books.